Prabowo Subianto ; dari Karir Militer Sampai Mendirikan Partai Gerindra - POJOKCERITA

Sunday, November 5, 2017

Prabowo Subianto ; dari Karir Militer Sampai Mendirikan Partai Gerindra

Prabowo Subianto adalah cucu dari Margono Djojohadikusumo, pendiri BNI (Bank Negara Indonesia). Ia merupakan anak dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo. Prabowo memiliki 2 (dua) kakak perempuan, Bintianingsih dan Mayrani Ekowati, serta seorang adik laki-laki bernama Hashim Djojohadikusumo.

Prabowo Subianto menikah dengan Siti Hediati Heriyadi atau lebih dikenal dengan panggilan tatiek, anak Presiden Soeharto. Usia pernikahan mereka tidak lama pasca mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden RI.

Karier militer Prabowo bisa dikatakan cemerlang. Setelah 2 (dua) tahun lulus dari Akademi Militer Magelang, Prabowo ditunjuk sebagai Komandan Peleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Pada tahun 1978 Prabowo memimpin pasukan Kopassus dan menangkap Wakil Ketua Fretilin dan Perdana Menteri pertama Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Tahun 1983 Prabowo dipercaya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris dari Komando Pasukan Khusus TNI-AD (Gultor Kopassus). Selepas menyelesaikan pelatihan Special Forces Officer Course di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggung jawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara. Ketika itu ia mendapat tugas untuk membebaskan 12 (dua belas) ilmuwan yang ditawan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Belum berhenti sampai di situ, karier Prabowo terus melejit. Ia diangkat menjadi Danjen Kopassus pada tahun 1995. Selanjutnya, pada tahun 1998, ia menjabat sebagai Pangkostrad. Jabatan ini sangat strategis karena dapat menggerakan pasukan cadangan dalam situasi darurat.

Menjelang detik-detik tumbangnya Orde Baru, Prabowo terlibat perang dingin dengan Wiranto yang ketika itu menjabat sebagai Panglima ABRI. Perang dingin bermula saat Wiranto menganggap Prabowo berbahaya saat melihat pasukannya bergerak liar di Jakarta. Wiranto lalu mengusulkan kepada Presiden Soeharto agar menggeser posisi Prabowo dari jabatan Pangkostrad menjadi Komandan Sekolah dan Staf Komando ABRI di Bandung. Ironisnya, ketika itu Prabowo masih berstatus sebagai menantu Soeharto.

Setelah pencopotan itu terjadi, otomatis karier Prabowo di dunia militer habis. Lalu ia terjun ke dunia politik dan mencalonkan diri menjadi capres dari Partai Golkar melalui Konvensi Capres Golkar di tahun 2004. Meski lolos sampai putaran akhir, perjalanan Prabowo kandas karena perolehan suaranya kalah dari Wiranto.

Setelah tersingkir dari Partai Golkar, Prabowo kemudian mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dimana pada Pemilu 2009, Gerindra mendapatkan 26 (dua puluh enam) kursi DPR. Hal ini mengantarkan dirinya mendampingi Megawati sebagai cawapres pada Pemilu 2009. Namun kala itu, pasangan ini harus mengakui kekalahan satu putaran saat berhadapan dengan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono. 

Catatan di atas dapat dibaca dalam sebuah buku berjudul "Rapor Capres ; Analisis dan Prediksi Menuju RI-1" karya Guruh Dwi Riyanto dan Pebriansyah Ariefana yang diterbitkan oleh Penerbit Galang Pustaka pada tahun 2014. 

Prabowo

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda