Kerajaan Melayu; Ada Sebelum Kerajaan Sriwijaya? - POJOKCERITA

Tuesday, September 19, 2023

Kerajaan Melayu; Ada Sebelum Kerajaan Sriwijaya?

Orang mungkin masih banyak yang belum mengetahui tentang keberadaan kerajaan yang satu ini mengingat bahwa referensi atau tulisan-tulisan sejarah yang memuat kisah berdirinya Kerajaan Melayu (Malayu) masih sangat terbatas.

Sumber utama yang dijadikan referensi adalah adanya berita Cina dimana dalam kitab sejarah Dinasti T’ang dapat dijumpai untuk pertama kalinya pemberitaan tentang datangnya utusan dari daerah Mo-lo-yeu pada tahun 644 dan 645 Masehi. Nama Mo-lo-yeu inilah yang mungkin dapat dihubungkan dengan Kerajaan Melayu.

Sekitar tahun 672 Masehi, I-tsing, seorang pendeta Budha dari Cina melakukan perjalanan dari Kanton ke India dengan terlebih dahulu singgah di She-li-fo-she selama 6 (enam) bulan untuk belajar sabdavidya atau tata bahasa Sansekerta.

Menurut I-tsing, ada sekitar 1000 orang pendeta di She-li-fo-she yang menguasai pengetahuan agama seperti halnya di Madhyadesa (India). Dari She-li-fo-she, I-tsing berlayar menuju Mo-lo-yeu selama 2 (dua) bulan. Selanjutnya ia berlayar ke Kedah dengan menempuh waktu selama 15 (lima belas) hari. Pada bulan ke-12 ia meninggalkan Kedah menuju Nalanda. Sekembalinya dari Nalanda pada tahun 685 Masehi, I-tsing singgah lagi di Kedah. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa sekitar tahun 685 M, Kerajaan Sriwijaya telah mengembangkan kekuasaannya dimana salah satu wilayah yang ditaklukan adalah Melayu (Malayu).

Setelah penaklukan Malayu oleh Sriwijaya pada sekitar tahun 685 M, untuk jangka waktu lama tidak dijumpai lagi nama Malayu yang disebut-sebut dalam sejarah. Baru pada pertengahan terakhir abad ke-13 kita jumpai lagi nama Malayu dalam Kitab Pararaton dan Kitab Nagarakrtagama.

Bersumber dari kedua kitab di atas disebutkan bahwa pada tahun 1275 M, Raja Krtanagara (Kertanegara) mengirimkan tentaranya ke Malayu yang mendapat sebutan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi ini memiliki hubungan erat dengan upaya ekspansi Kerajaan Mongol di bawah kekuasaan Kubhilai Khan yang sedang gencar-gencarnya melebarkan wilayah kekuasaannya ke wilayah Asia Tenggara.

Ekspedisi Pamalayu berhasil menjalin hubungan persahabatan antara Singhasari dan Malayu dimana pada tahun 1286 M, Raja Sri Krtanagara Wikramadharmottunggadewi mengirimkan sebuah arca Buddha Amoghapasalokeswara beserta 14 (empat belas) dewa pengiringnya sebagai hadiah kepada Malayu. Pemberian hadiah itu membuat seluruh rakyat Melayu sangat gembira, terutama rajanya, Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa.

Setelah peristiwa di atas, tidak diperoleh keterangan lain tentang keadaan di Sumatera, baru kemudian pada masa pemerintahan Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwardhani (1328 – 1350 M), kita memperoleh sedikit keterangan tentang daerah Melayu. Rupanya Kerajaan Melayu ini muncul kembali sebagai pusat kekuasaan di Sumatera, sementara Sriwijaya setelah adanya ekspedisi Pamalayu tidak terdengar lagi eksistensinya.

Kerajaan Melayu di Masa Adityawarman

Dari prasasti-prasasti yang banyak ditemukan di daerah Minangkabau disebutkan bahwa pada pertengahan abad ke-14 terdapat seorang raja yang memerintah di Kanakamedinindra (raja pulau emas) yang bernama Adityawarman. Menurut beberapa sumber, ia pernah membantu Majapahit dalam menaklukkan beberapa wilayah termasuk Bali. Setelah membantu Majapahit, pada tahun 1343 M, Adityawarman kembali ke Sumatera, lalu pada tahun 1347 M, ia memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli, penguasa Kerajaan melayu di Dharmasraya. Selanjutnya ia memindahkan ibukota pemerintahan ke Suruaso, daerah di Minangkabau dengan gelar Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.

Pada masa Adityawarman inilah, Kerajaan Melayu berada pada puncak kejayaannya. Ia memerintah hingga tahun 1375 M lalu digantikan oleh anaknya, Anangwarman.

Referensi :

“Pertumbuhan Kerajaan Melayu Sampai Masa Adityawarman” oleh Drs. Alian, M.Hum

Buku “Sejarah Nasional Indonesia” karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Balai Pustaka. 1993.  

Kerajaan Melayu

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda