Sejarah Pembangunan Masjid Baitul Hikmah, Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah - POJOKCERITA

Monday, August 19, 2019

Sejarah Pembangunan Masjid Baitul Hikmah, Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Selama kecil sampai SMA (Sekolah Menengah Atas) atau sebelum meninggalkan kota kelahiran untuk melanjutkan pendidikan tinggi di lain kota, keberadaan masjid ini sudah sangat familiar dan cukup melekat dalam kehidupan sehari-hariku dan terutama bagi penduduk atau warga yang tinggal satu desa denganku.

Nama masjidnya adalah Masjid Baitul Hikmah yang dari sejak tahun pendiriannya sampai sekarang telah berusia sekitar 80 (delapan puluh) tahun. Sebuah usia yang cukup relatif tua. Tentu saja sudah tidak banyak lagi penduduk atau warga desaku yang masih hidup sampai seusia masjid itu.

Ketika aku berada di kampung halaman dalam rangka liburan Iedul Adha kemarin dan membuka-buka lemari buku, secara tidak sengaja aku temukan 2 (dua) lembar kertas berukuran folio yang berisi ketikan mesin ketik jaman dulu. Entah siapa yang melakukan pengetikkan itu, apakah ayahku atau nama yang tertera pada lembar kedua yang dikenal sebagai imam masjid sekaligus nadzir Masjid Baitul Hikmah, karena bisa saja orang yang mengetik dengan berbeda dari nama yang tertulis pada lembaran dimaksud (sama seperti naskah proklamasi kemerdekaan dimana orang yang mengetik adalah Sayuti Melik dan bukan Soekarno atau Hatta).

Dari lembar bersejarah yang diketahui diketik pada tanggal 2 Juni 2001 itu disebutkan bahwa pada tahun 1938 terdapat seorang sesepuh masyarakat bernama KH Abdul Ghoni yang mewakafkan sebidang tanah yang terletak di sebuah tanah kosong yang disebut masyarakat desa kami waktu sebagai Kompleks Rawa Kuda. Maka mulai tahun 1939 dirintislah pembangunan masjid dengan melakukan pekerjaan awal berupa pengurugan air rawa yang memiliki kedalaman sekitar 2 (dua) meter seluas sekitar 100 meter persegi.

Setelah proses pengurugan selesai, mulailah dilakukan gotong royong dalam pembangunan fisik bangunan masjid. Waktu itu terdapat sejumlah tokoh yang berperan sebagai donatur utama diantaranya KH Abdul Ghoni sendiri, KH Abdul Rohim, Kyai Sanyasir, Kyai Sanwitana, Kyai Sanmungid, Kyai Asroji, Kyai Kartameja, dan Bapak Sudjiman. Dari angkatan muda muncul nama-nama seperti Pak Naslam (Moh. Asron), Pak Kusaeri, Pak Hadi Suwiryo, dan Pak Ahmad Suhadi.

Bahan-bahan atau material pembangunan masjid dihimpun secara bergotong royong dimana tiang utama (saka guru) dibuat oleh KH Abdul Ghoni, KH Abdul Rohim, Kyai Sanyasir, dan Kyai Kartameja. Angkatan muda mengerjakan urugan tanah, usungan pasir, usungan batu kali, dan sebagainya.

Maka pada tahun 1940 berdirilah masjid tersebut dengan lantai yang masih berupa semen plester, tiang kayu, dinding bambu, balungan kayu, dan atap seng. Air wudhu menggunakan suwur biasa dengan memakai senggetan dan padasan bambu.

Pada tahun 1946 bangunan masjid mengalami perubahan atau renovasi pertama dengan sponsor KH Ismangil dan KH Abdul Rohim. Lantai masjid yang berupa plester diganti tegel yang berjumlah 625 biji dimana 500 diantaranya merupakan sumbangan KH Ismangil dan sisanya dari warga lainnya. Waktu itu masjid tersebut belum diberi nama dan hanya disebut sebagai Masjid Rawa.

Pada tahun 1947, masjid mengalami rehab kembali yaitu dibuat dinding dan ditambah bangunan serambi sehingga luas masjid berubah menjadi 15 x 7 meter. Pembangunannya disponsori oleh Bapak Hadisuwiryo sebagai Kepala Desa Karanglewas Kidul beserta tokoh-tokoh desa lainnya. Selanjutnya pada tahun 1952 sumber air untuk wudhu dibeton dan padasan diubah menjadi bak air.

Perubahan pada struktur pondasi dilakukan pada tahun 1970 dimana ketinggian pondasi yang semula 40 cm dari tanah, kemudian ditinggikan menjadi 1 meter. Pada waktu itu proses pembangunannya diketuai oleh Bapak Ahmad Masngudi.

Pada tahun 1988 dilakukan renovasi agak besar dimana pada waktu itu masjid mendapat bantuan dari BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) Kabupaten Banyumas yang pada waktu itu diketuai oleh Bapak H Muflikh Sugito. Ukuran bangunan masjid diperluas hingga menjadi 18 x 18 meter seperti dalam bentuk saat ini. Biaya pembangunan diperoleh dari BKM sebesar Rp 36 juta dan Banpres sebesar Rp 15 juta. Saat itulah masjid mulai diberi nama sebagai Masjid Baitul Hikmah.

Itulah sekelumit sejarah pembangunan Masjid Baitul Hikmah yang berada di Desa Karanglewas Kidul. Diharapkan informasi bersejarah ini dapat tersimpan dengan baik sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman bagi generasi penerus.  



Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Masjid Baitul Hikmah

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda