Kerajaan Janggala (Jenggala) - POJOKCERITA

Friday, December 29, 2023

Kerajaan Janggala (Jenggala)

Janggala atau Jenggala merupakan salah satu kerajaan hasil pemecahan Kerajaan Kahuripan yang dilakukan oleh Airlangga. Lokasi pusat kerajaan diperkirakan sekarang berada di sekitar wilayah Porong, Sidoarjo.  

Nama Janggala diperkirakan berasal kata "Hujung Galuh" atau disebut juga "Jung-ya-lu" berdasarkan catatan China pada tahun 1225. Pada masa Kerajaan Medang dan Kahuripan, Hujung Galuh dikenal sebagai sebuah nama pelabuhan yang  terletak di daerah aliran Sungai Brantas dimana nama ini kemudian mencakup wilayah Mojokerto, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, hingga bagian timur kerajaan Kahuripan dengan menjadikan Kali Mas dan Kali Porong sebagai pintu gerbang kerajaan pada saat itu.

Dalam Prasasti Turun Hyang disebutkan bahwa nama raja Janggala setelah pemecahan Kerajaan Kahuripan adalah Mapanji Garasakan. Sedangkan nama Raja Kadiri tidak disebutkan secara jelas namun dapat diperkirakan adalah Samarawijaya karena sebelumnya ia sudah menjabat sebagai putra mahkota.

Prasasti Turun Hyang merupakan piagam pengesahan anugerah Mapanji Garasakan terhadap penduduk Desa Turun Hyang yang setia membantu Janggala melawan Kadiri. Garasakan menetapkan Desa Turun Hyang sebagai sima swatantra atau perdikan. Jadi pembelahan kerajaan yang dilakukan oleh Airlangga terkesan sia-sia karena kedua putranya tetap saling bertempur untuk memperebutkan kekuasaan. Perang saudara antara Mapanji Garasakan dan Sri Samarawijaya tetap terjadi. Mula-mula, kemenangan ada di pihak Janggala.

Pada tahun 1050 M, berdasarkan Prasasti Kambang Putih, Raja Sri Mapanji Garasakan mempertahankan istana dari pasukan Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Kambang Putih (sekarang daerah Tuban) merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Selanjutnya, pada tahun 1052, berdasarkan Prasasti Malenga, Mapanji Garasakan mengalahkan Aji Linggajaya, raja Tanjung. Aji Linggajaya ini juga merupakan raja bawahan Panjalu.

Pada tahun 1052, berdasarkan Prasasti Banjaran, Janggala diserang oleh musuh dari Kadiri yang berhasil menyingkirkan Mapanji Garasakan dan keluarganya keluar dari ibukota Janggala. Raja Janggala kedua, Alanjung Ahyes melarikan diri ke hutan "Marsma" untuk menyusun kekuatan, ia kemudian berhasil merebut kembali ibukota Janggala berkat bantuan para pemuka desa Banjaran. 

Pada tahun 1059, berdasarkan Prasasti Sumengka, Raja ketiga Janggala, Samarotsaha, dibantu para pemuka desa Sumengka, memperbaiki saluran air peninggalan Airlangga yang dimakamkan di tirtha atau pemandian (Petirtaan Belahan).

Dengan demikian, beberapa nama penguasa Kerajaan Janggala antara lain : (1) Mapanji Garasakan. Ia merupakan putra dari Airlangga yang juga merupakan saudara kandung dari Sri Samarawijaya. (2) Alanjung Ahyes; dan (3) Samarotsaha. Pada masa ini, Kerajaan Janggala mengalami kemunduran dan bahkan runtuh di tangan Kerajaan Panjalu atau Kediri. 

Meskipun raja Janggala yang diketahui hanya 3 (tiga) orang namun kerajaan ini mampu bertahan selama 90 (sembilan puluh) tahun. Setelah masa yang lama itu, Kerajaan Janggala akhirnya ditaklukkan oleh Sri Jayabaya dari Kerajaan Kadiri yang saat itu terkenal dengan semboyannya “Panjalu Jayati” yang artinya Kediri Menang. Sejak saat itulah Kerajaan Janggala berada di bawah kekuasaan Kadiri.  

Janggala

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda