Legenda Baturraden - POJOKCERITA

Tuesday, October 24, 2017

Legenda Baturraden

Konon pada jaman dahulu, di Kadipaten Kutaliman yang terletak kurang lebih 10 kilometer di sebelah barat kaki Gunung Slamet, hiduplah seorang adipati bersama istri, seorang putri, abdi dalem, dan seorang bernama Batur Gamel yaitu pembantu rumah tangga yang bertugas mengurusi kuda milik Adipati Kutaliman.

Batur Gamel adalah seorang pemuda berparas tampan, tekun, dan bertanggung jawab. Setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya selalu ia selesaikan dengan baik.

Pada suatu pagi, Batur Gamel pergi untuk mencari makanan kuda kesayangan Adipati Kutaliman. Ia pergi menyusuri tepian hutan karena di tempat tersebut terdapat rumput-rumputan yang tinggi dan bertumbuh lebat. Ketika Batur Gamel sedang memotong rumput, tiba-tiba terdengar suara jeritan sesorang yang tidak jauh dari tempat ia berada saat itu. Jeritan itu terdengar seperti suara seseorang yang meminta pertolongan. Mendengar itu, Batur Gamel segera berlari menuju sumber suara. Ia mendapati ada sesosok wanita sedang terjerembab dan di dekatnya ada seekor ular besar sedang mendesis, seakan-akan siap untuk menyerang. Dengan sigap, Batur Gamel langsung melawan ular itu yang dapat diatasi dengan baik. Lalu Batur Gamel mengeluarkan "kudi" (semacam parang) yang ditebasnya ke kepala ular hingga putus.

Setelah beberapa saat, Batur Gamel baru sadar bahwa yang ditolongnya adalah putri dari adipati, majikannya. Putri adipati lalu berterima kasih kepada Batur Gamel yang telah menyelamatkan nyawanya. Sejak peristiwa tersebut, mereka menjadi lebih sering bertemu dan hubungan pun semakin akrab. Lama kelamaan, putri adipati menaruh hati kepada Batur Gamel, begitu juga Batur Gamel. Namun karena status sosial mereka yang berbeda, hubungan cinta mereka dilakukan secara diam-diam.

Pada suatu hari, Adipati Kutaliman memanggil putrinya untuk berbincang. Dalam perbincangan itu, Adipati Kutaliman dan istrinya ingin melihat putrinya segera menikah. Banyak diantara putra-putra dari adipati di daerah lain yang ingin meminangnya. Untuk masalah siapa yang dipilih, semuanya diserahkan kepada sang putri. Melihat hal demikian, Batur Gamel memutuskan untuk memberanikan diri melamar sang putri meskipun sang putri takut jika nanti terjadi sesuatu yang lebih buruk karena pada jaman itu, pernikahan berbeda kasta menjadi sebuah aib. Namun Batur Gamel sudah bertekad bulat dan akan mempertanggungjawabkan semuanya. Setelah bertemu dengan Adipati Kutaliman, Batur Gamel menceritakan bagaimana hubungannya dengan putri adipati dan berniat akan menikahinya sebagai bentuk rasa cinta yang besar.

Mendengar pengakuan itu, Adipati Kutaliman murka. Hatinya bagai disambar petir. Ia merasa nama baik dan kehormatannya telah dinodai. Hilanglah kesabaran adipati dan seketika itu, ia pun mengusir putri dan Batur Gamel dari kadipaten. Putri adipati menangis tersedu-sedu dan dengan berat hati meninggalkan kadipaten. Mereka berdua menelusuri jalan yang sempit menuju utara yang tidak jelas kemana arahnya.

Pada suatu hari, mereka beristirahat di tepi sungai yang jernih. Ketika itu, putri adipati telah genap usia kehamilannya. Tiba-tiba perut putri terasa sakit dan tak lama kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Tempat dimana putra mereka lahir kemudian dinamakan Kali Putra.

Setelah kelahiran bayi tersebut, mereka lalu memutuskan untuk tinggal sementara di suatu tempat. Mereka menemukan sebuah tempat yang sejuk dan aman untuk ditinggali. Batur Gamel segera membangun sebuah rumah kayu yang sederhana sebagai tempat berlindung.

Sementara itu di Kadipaten Kutaliman, sang adipati dan istrinya menjadi sosok yang selalu murung. Mereka selalu memikirkan putri yang sangat disayanginya. Adipati merasa menyesal telah mengusir putrinya dari kadipaten. Ia pun mengusuts abdi dalemnya untuk mencari putrinya itu. Abdi dalem berangkat menyusuri hutan dan naik turun gunung untuk mencari putri adipati. Setelah sekian lama, akhirnya abdi dalem berhasil bertemu dengan putri adipati. Abdi dalem lantas menceritakan maksud kedatangannya itu. Namun setelah berpikir panjang, putri adipati menolak untuk kembali ke kadipaten. Ia menyuruh abdi dalem untuk kembali ke kadipaten. Putri adipati dan Batur Gamel beserta anaknya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah sederhana mereka. Tempat tinggal mereka yang sejuk dan berada di lereng Gunung Slamet itu kemudian diberi nama Baturraden. Nama itu mengandung arti dari bahasa Jawa "Batur" yang artinya "pembantu" dan "Raden" yang berarti bangsawan (untuk menyebut putri adipati).

Legenda di atas diambil dari Proyek Studi S1 berjudul "Legenda Baturraden dalam Gambar Ilustrasi dengan Teknik Arsir" oleh Zulfikar Amran Gany, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, 2015.    

Baturraden

Baturraden

Baturraden



Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda