Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta - POJOKCERITA

Saturday, March 17, 2018

Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta

Sebelum terlaksananya pendirian Masjid Sunda Kelapa, umat Islam yang berdomisili di sekitar Menteng, Jakarta, harus menempuh perjalanan berkilo meter untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat atau sholat berjamaah lainnya. Hal ini membuat salah satu tokoh masyarakat Menteng bernama H.B.R Motik bersama warga lainnya mengambil gagasan dan inisiatif  untuk mewujudkan pembangunan sebuah masjid yang representatif di kompleks pemukiman Menteng, Jakarta Pusat.

Ikhtiar awal yang mereka lakukan adalah dengan menyodorkan proposal pembangunan masjid kepada Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin. Warga pemukiman yang mayoritas merupakan purnawirawan TNI AD mengusulkan agar masjid yang akan dibangun berada di Taman Suropati atau gedung Bappenas. 

Awalnya negosiasi dengan Ali Sadikin tidak berjalan mulus terutama karena sang gubernur merasa tidak sreg dengan pilihan lokasi masjid yang disodorkan yaitu di kawasan Taman Suropati, Menteng. Namun berkat kegigihan warga, Ali Sadikin akhirnya menyetujui kawasan Sunda Kelapa sebagai tempat yang paling nyaman sebagai lokasi masjid sehingga diharapkan masyarakat dapat beribadah dengan khusuk. Terwujudlah Masjid Agung Sunda Kelapa yang dibangun di atas tanah seluas 9.920 meter persegi.

Pada tanggal 21 Desember 1969, pembangunan Masjid Agung Sunda Kelapa disahkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, yang ditandai dengan peletakan batu pertama, sedangkan peresmiannya dilakukan pada tanggal 31 Maret 1971.

Dalam sejarah pembangunannya, Masjid Agung Sunda Kelapa dikenal sebagai saksi bisu atas tingginya suhu konstelasi politik di tahun 1960-an. Dikabarkan, beberapa kali petinggi negara berkumpul di masjid itu untuk merumuskan perlawanan dan pemberantasan Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Salah seorang pengurus masjid, Izzuddin Syama, menceritakan bahwa pernah satu ketika tokoh politik masa itu, Ir. Djuanda bersama Ketua PBNU Subhan Z.E, dan para sesepuh umat muslim lainnya menggelar rapat intensif guna membahas strategi melumpuhkan PKI.

Sampai saat ini, Masjid Agung Sunda Kelapa yang diarsiteki oleh Ir. Gustav Abbas, seorang alumnus Teknik Sipil ITB Bandung, masih kokoh berdiri. Berbeda dengan desain masjid pada umumnya, nuansa arsitektur modern menjadi karakter bangunan masjid ini dimana tidak memiliki kubah seperti masjid umumnya. Kubah masjid dirancang menyerupai bentuk perahu yang merujuk pada perahu nelayan yang banyak bersandar di Selat Sunda.

Sebelum masuk ke kompleks masjid, pengunjung akan disambut dengan bangunan gapura yang diberi sentuhan kaligrafi Arab berbalut warna emas dan putih. Jika kita masuk lebih dalam, para pengunjung masjid terlebih dahulu akan melewati teras sepanjang kurang lebih 30 meter dengan dikelilingi pepohonan pinus dan lampu hias sebagai penerang di malam hari.

Masjid Agung Sunda Kelapa

Masjid Agung Sunda Kelapa





Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda