Efektivitas Obat Sakit Tenggorokan yang Mengandung Amyl Meta Cresol dalam Penanganan Penderita SARS-CoV - POJOKCERITA

Saturday, July 3, 2021

Efektivitas Obat Sakit Tenggorokan yang Mengandung Amyl Meta Cresol dalam Penanganan Penderita SARS-CoV

Virus corona (coronavirus) di pertengahan tahun 2021 ini bukannya makin menurun perkembangbiakannya namun trend-nya malah makin meningkat terutama setelah ditemukannya varian Delta yang disinyalir memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dibanding varian sebelumnya. 

Hal ini menjadikan kita seolah-olah diperingatkan akan "lonceng kematian" yang menakutkan karena varian Delta ini juga disebut memiliki tingkat keparahan yang tinggi. Dari laman alodokter.com disebutkan bahwa terdapat sejumlah laporan mengenai meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 yang terpapar oleh varian Delta.  

Mendengar bahwa di circle pertemanan kantor maupun di luar kantor, mulai banyak yang terpapar Covid-19, memaksa saya untuk melakukan upaya-upaya preventif lain selain menjaga prokes yang sudah lazim dilakukan. 

Salah satu upaya preventif kecil yang coba saya lakukan adalah dengan menyediakan “amunisi” anti Covid-19 berupa kotak plastik tupperware yang berisi sejumlah obat-obat ringan, salah satunya berbentuk permen. Ya, persisnya adalah permen pelega tenggorokan yang bernama Strepsils !. Ini bukan berarti promosi terselubung lho ya. Saya hanya mencontohkan nama merknya agar mudah untuk diingat oleh pembaca sekalian. 

Pertanyaannya, kenapa harus Strepsils ?. Kata kuncinya ada pada salah satu komponen dari komposisi tablet hisap tersebut yang bernama “amylmetacresol”. Berangkat dari sebuah penelitian yang judulnya cukup panjang, “A throat lozenge containing amyl meta cresol and dichlorobenzyl alcohol has a direct virucidal effect on respiratory syncytial virus, influenza A and SARS-CoV” yang dimuat dalam SAGE Journals (https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/095632020501600205), di sana disebutkan adanya potensi kandungan tertentu pada obat sakit tenggorokan untuk mengurangi infektivitas virus menular tertentu di tenggorokan.

Virus pernafasan seperti influenza A, rhinovirus dan respiratory syncytial virus ditularkan atau ditransmisikan dari orang ke orang yang didominasi dengan gejala batuk yang terkontaminasi virus tetesan air liur dan tenggorokan (diulas oleh Tyrrell, 1965; Collier & Oxford, 2002). Selain itu, tetesan (droplets) seperti itu dapat menempel dan menetap pada permukaan, gelas, dan gagang pintu yang dapat menularkan atau menginfeksi orang lain (Gwaltney & Hendley, 1982). Perhatian utama para ilmuwan diarahkan pada inhibitor sintetis yang dapat menghambat replikasi virus secara intraseluler dan 2 (dua) golongan obat telah ditemukan dengan aktivitas melawan influenza A, M2 blocker, dan inhibitor neuraminidase (Oxford & Galbraith, 1987; Von Itzstein et al., 1993; Kim, et al., 1997; Gubareva et al., 2000).

Penelitian di atas dipublikasikan pada tahun 2004 setelah berlangsungnya wabah SARS sejak tahun 2002 dimana dunia medis menyatakan bahwa pasien yang terinfeksi SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus) hanya dapat dirawat dengan dukungan sistem keperawatan yang memadai karena keampuhan ribavirin dan kortikosteroid pada infeksi SARS-CoV tidak terbukti.

Dalam penelitian yang melibatkan sejumlah ahli medis di Inggris itu digambarkan adanya inaktivasi in vitro dari 3 (tiga) virus pernafasan dengan formulasi tablet amyl meta cresol dan dichlorobenzyl alcohol pada pH rendah yang dilarutkan dalam air liur buatan. Phenols dan cresols telah lama dikenal sebagai antimikroba yang memiliki sifat aktif-membran, sementara alkohol juga menunjukkan aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas (McDonnell & Russell, 1999). Sejumlah molekul ini meringankan gejala sakit tenggorokan (Pitts & Vincent, 1988).

Studi ini telah menetapkan efek destruktif virucidal dari permen tenggorokan yang dilarutkan pada virus pernafasan dari “keluarga” yang berbeda yaitu influenza, RSV, dan SARS-CoV. Efek destruktif virus cepat terjadi dalam hitungan 2 menit dalam kontak dengan virus pada suhu 37 derajat Celcius.

Secara teoritis, ada beberapa penjelasan morfologis untuk pengurangan infektivitas virus setelah inkubasi dengan permen. Kerusakan membran virus dengan sendirinya dianggap sebagai mode tindakan utama karena hanya ada sebagian kecil strain-penetrated virions (M Addawe) setelah inkubasi dengan permen atau mengontrol air liur untuk periode yang bervariasi dari 1 – 16 menit pada suhu 37 derajat Celcius.

Wabah SARS-CoV dan virus influenza ayam A H5 dan H7 telah menunjukkan bagaimana cepatnya pandemi baru yang mungkin akan muncul. Dalam kasus SARS-CoV yang memiliki reproduksi rendah dimana orang yang terinfeksi biasanya hanya akan menginfeksi 2 (dua) atau 3 (tiga) kontak, peningkatan kebersihan dan kebersihan dapat menghasilkan penghentian mendadak dari wabah itu.

Meskipun amylmetacresol belum terbukti bisa menangkal dan menyembuhkan infeksi virus corona jenis SARS-Cov-2 (COVID-19 Virus), namun ibarat sebuah peperangan, kita harus berdaya upaya untuk mencoba membuat pertahanan diri dari segala sumber daya yang kita miliki. Sembari kita terus menantikan berita terbaru perkembangan obat yang disepakati oleh ahli medis dalam menangani infeksi virus corona secara efektif dan minim efek samping. Langkah terbaik dalam menyikapi pandemi ini adalah dengan tetap mengedepankan langkah pencegahan berupa 5M, 7M, atau kalau perlu 10M.

Referensi :


amyl meta cresol

amyl metacresol

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda