Museum Satria Mandala Jakarta - POJOKCERITA

Thursday, April 11, 2019

Museum Satria Mandala Jakarta

Di halaman depan Museum Satria Mandala Jakarta terdapat papan bertuliskan kata-kata Soekarno yang sangat terkenal ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”.

Museum ini berlokasi di tengah-tengah kota Jakarta tepatnya di Jl. Gatot Soebroto No. 14 Jakarta Selatan dimana di museum ini tersimpan sejumlah koleksi benda-benda bersejarah peninggalan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Karena mengandung nilai sejarah yang tinggi, museum yang sedemikian luas ini dapat dijadikan sebagai media yang cocok bagi para orang tua atau guru dalam rangka menanamkan rasa nasionalisme dan kebangsaan Indonesia kepada para anak muda.

Ruangan utama digunakan sebagai diorama yang dibagi menjadi 4 bagian : (1) Masa Revolusi 1945-1949 (2) Masa Parlementer 1949-1959 (3) Masa Orde Lama 1959-1966, dan (4) Masa Orde Baru 1966-1998. Ruang pamer yang paling menarik selain ruangan senjata tentu saja adalah ruang Pangsar Soedirman yang berisi sejumlah benda-benda bersejarah milik pahlawan kebanggaan bangsa Indonesia itu seperti tandu yang dipakai semasa memimpin perang kemerdekaan, meja dan tempat tidur yang dulunya dipakai beliau di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, maupun koleksi lainnya berupa tanda pangkat, bintang penghargaan tanda jasa, pedang, sarung tangan, tas kerja, dan lain-lain.

Koleksi yang ada di Museum Satria Mandala antara lain berupa alat persenjataan seperti pistol, pedang, senapan, bambu runcing, granat, torpedo, dan lain-lain. Sejumlah pesawat tempur juga ditampilkan di sini sehingga semakin menarik sebagai tujuan wisata bersejarah maupun sebagai tempat rekreasi bagi segala umur. Salah satu koleksi pesawat yang terkenal adalah Dakota RI-001 Seulawah yang merupakan sumbangan dari rakyat Aceh pada tahun 1948.

Di bagian halaman belakang, pengunjung museum juga dapat melihat sejumlah koleksi kendaraan lapis baja seperti tank dan panser. Berbagai kendaraan tempur itu pernah berjasa dalam operasi penumpasan pemberontakan di Indonesia seperti pemberontakan PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi, RMS di Maluku, dan DI/TII di Sumatera, Jawa Barat, dan Sulawesi.

Sebelum menjadi museum, kompleks gedung ini merupakan tempat dimana Soekarno melepas kepenatan di sela-sela bertugas sebagai kepala negara. Itulah yang kemudian dinamakan Wisma Yaso. Soekarno awalnya membangun wisma ini untuk istri kelima beliau yaitu Ratna Sari Dewi. Namun di sini pula Soekarno harus menjalani hidup sebagai tahanan politik di masa Soeharto yang menyebabkan beliau mengalami kesulitan kesehatan sampai kemudian menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1970.

Pengunjung bisa datang ke museum ini dari hari Selasa sampai dengan Minggu mulai pukul 09.00 sd 14.30 WIB. Jika menaiki bus Transjakarta, Anda bisa turun di Halte Gatot Soebroto LIPI atau Gatot Soebroto Jamsostek lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju lokasi. Tiket masuk pun cukup terjangkau, hanya sekitar Rp 4.000,00. Sebaiknya Anda membawa bekal makanan dan minuman yang cukup karena di dalam lokasi tidak dijumpai restaurant atau warung makan yang memadai.


Museum Satria Mandala

Museum Satriamandala


Museum Satria Mandala


Museum Satriamandala


Museum Satria Mandala

Museum Satriamandala

Museum Satriamandala


Museum Satriamandala


Museum Satriamandala

Museum Satria Mandala

Museum Satria Mandala

Museum Satriamandala

Seulawah

Museum Satriamandala

Museum Satriamandala

Museum Satria Mandala

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda