Museum Jenderal Besar DR AH Nasution, Jakarta - POJOKCERITA

Saturday, May 25, 2019

Museum Jenderal Besar DR AH Nasution, Jakarta

Abdul Haris Nasution yang dianugerahi pahlawan nasional lahir di Kotanopan, Sumatera Utara pada tanggal 3 Desember 1918. Almarhum juga merupakan penggagas Dwifungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Museum Jenderal Besar Dr AH Nasution

Memasuki kompleks museum yang berada di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng, Jakarta Pusat, kita akan disuguhi patung Jenderal Besar AH Nasution dengan posisi kedua tangan di belakang pinggang atau posisi istirahat upacara. Terdapat 2 (dua) meriam mengapit patung setinggi sekitar 2 (dua) meter tersebut.

AH Nasution

Di sebelah kiri bangunan utama terdapat garasi dan beberapa bangunan kecil yang mengelilinginya. Tempat inilah yang dulunya ditempati Lettu Pierre Tendean yang merupakan ajudan Jenderal AH Nasution. 



Sementara di bagian belakang bangunan utama terdapat bangunan baru dimana salah satu ruangannya dipakai sebagai Kantor Yayasan Ade Irma Suryani Nasution.


AH Nasution

Ruangan dalam Museum Jenderal Besar AH Nasution terdiri dari beberapa bagian yaitu :  

Ruang Kerja

AH Nasution

Di ruang ini terdapat puluhan koleksi buku karya Jenderal AH Nasution yang disusun secara rapi di dalam sebuah lemari kayu. Terdapat juga meja kerja AH Nasution lengkap dengan patungnya dalam posisi sedang menulis. Di meja kerja AH Nasution juga terpajang sebuah pesawat telepon dan mesin ketik kuno yang dulunya sering dipakai AH Nasution.

Ruang Makan

AH Nasution

Di ruangan ini terdapat diaroma ketika pasukan Cakrabirawa menodongkan senjatanya ke arah Nyonya Nasution yang sedang menggendong Irma Suryani Nasution.

Ruang Kuning


AH Nasution

Dinamakan Ruang Kuning karena AH Nasution mendesain ruangan ini dengan dominasi warna kuning baik pada tembok, karpet, dan gorden. Di tempat ini biasanya AH Nasution menerima tamu baik dari dalam maupun luar negeri.

Ruang Tidur

AH Nasution

Ruang Tidur AH Nasution berada di sebelah kanan dari arah depan rumah. Ruangan ini merupakan saksi bisu kekejaman G30S/PKI yang berusaha menculik dan bahkan hampir membunuh AH Nasution. Di tempat ini kita dapat menyaksikan bekas tembakan pasukan Cakrabirawa yang meleset dan mengenai pintu, tembok, serta meja di dalam ka­mar. Bagian pintu juga mengalami keretakan akibat ditendang secara keras dan kasar oleh pasukan Cakrabirawa. Di dalam kamar tersebut juga tersimpan berbagai koleksi bekas pakaian AH Nasution.


AH Nasution

Tidak jauh dari Ruang Tidur terdapat sebuah diorama ketika Jenderal AH Nasution hendak menyelamatkan diri dari penculikan pasukan Cakrabirawa. AH Nasution waktu itu berhasil lolos dengan cara melompati tembok yang berbatasan dengan kediaman duta besar Irak. Sementara itu anaknya, Ade Irma Suryani Nasution terkena tembakan senjata pasukan Cakrabirawa

Ruang Sen­jata

Pada awalnya ruangan ini merupakan ruang tidur putri sulung AH Nasution, Hedrianti Sahara Nasution. Di sini terpampang senjata yang dipakai pasukan Cakrabirawa ketika menembak Ade Irma Suryani Nasution. Orang yang menembaknya adalah Kopral Dua Hargiono, anggota pasukan Cakrabirawa.

Ruang Ade Irma


Ade Irma Suryani

Ruangan ini berada bersebelahan dengan Ruang Tidur dimana terdapat pintu yang menghubungkan diantara 2 (dua) ruangan tersebut. Di dalam ruangan ini terdapat benda-benda kesayangan Ade Irma seperti baju seragam Kowad mini, tas kulit kecil, sepatu, dan boneka. 



Salah satu lukisan yang menyayat hati pengunjung adalah lukisan AH Nasution dan Irma Suryani yang ditambahkan kalimat, "Papaa...apa salah adek ?". 

Ade Irma

Pada halaman belakang, pengunjung dapat melihat mobil Volvo milik AH Nasution dimana di bagian depan dan belakang mobil terdapat tanda bintang 5 (lima). Mobil ini merupakan pemberian BJ Habibie ketika AH Nasution dianugerahi penghargaan Jenderal Besar pada tanggal 5 Oktober 1997.


Kejadian 01 Oktober 1965 di Kediaman AH Nasution

Pada dini hari 01 Oktober 1965, pasukan Cakrabirawa melakukan percobaan penculikan terhadap 7 (tujuh) perwira Angkatan Darat termasuk AH Nasution. Letnan Doel Arief yang memimpin pasukan untuk menculik AH Nasution datang dengan 4 (empat) truk dan 2 (dua) mobil militer. Penjaga rumah di pos jaga melihat kendaraan yang datang tidak menaruh curiga. Seorang penjaga sedang tidur di bagian depan dan satu lagi sedang bertugas di bagian belakang rumah. Dalam sebuah bangunan yang terpisah, 2 (dua) ajudan AH Nasution sedang tidur, seorang diantaranya adalah letnan muda Pierre Tendean.

AH Nasution

Pasukan Cakrabirawa pimpinan Letnan Doel Arief berhasil melompati pagar dan membekuk para penjaga. Pasukan lainnya mengepung rumah dari seluruh sisi. Ada sekitar 15 (lima belas) tentara yang masuk ke rumah AH Nasution.


Istri AH Nasution mendengar pintu rumah dibuka paksa. Ia kemudian bangkit dari tempat tidurnya untuk memeriksa dan membuka pintu kamar tidur namun yang didapatinya adalah sejumlah pasukan Cakrabirawa yang berdiri dengan senjata yang siap dalam posisi menembak. Dia segera menutup pintu dan berteriak guna memberitahu suaminya. AH Nasution ingin melihat situasi namun ketika membuka pintu, pasukan Cakrabirawa menembak ke arahnya. Dia melemparkan dirinya ke lantai dan istrinya membanting dan mengunci pintu. Orang-orang di sisi lain mulai menghancurkan pintu bawah dan melepaskan tembakan-tembakan ke arah dalam kamar tidur. Nyonya AH Nasution memerintahkan suaminya untuk keluar melalui pintu lain dan menyusuri koridor ke pintu samping rumah. Nasution berlari ke halaman rumahnya menuju dinding yang memisahkan halamannya dengan Kedutaan Besar Irak



Meskipun pasukan Cakrabirawa berhasil memergokinya dan lalu menembaknya namun meleset. AH Nasution berhasil lolos meski harus mengalami patah pergelangan kaki saat ia jatuh ke halaman Kedutaan Besar Irak.

Akibat kegaduhan yang dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa, seluruh penghuni rumah terbangun. Ibu dan adik AH Nasution, Mardiah yang juga tinggal di rumah itu berlari ke kamar tidur Nasution. Mardiah membawa putri AH Nasution yang saat itu masih berusia 5 (lima) tahun, Irma Suryani Nasution. Ia memeluk erat anak itu dan mencoba lari ke arah lain. Saat berlari, seorang pasukan Cakrabirawa melepaskan tembakan ke arahnya melalui pintu. Irma Suryani Nasution terkena 3 (tiga) tembakan yang bersarang di punggungnya. Dia akhirnya meninggal 5 (lima) hari kemudian setelah dirawat di RS Gatot Soebroto. Sementara putri sulung AH Nasution, Hendrianti Sahara Nasution yang saat itu berusia 13 (tiga belas) tahun berhasil melarikan diri dan bersembunyi di sebuah kamar ajudan AH Nasution.

AH Nasution

Lettu Czi Pierre Tendean, ajudan AH Nasution yang mendengar adanya kegaduhan lalu mengambil senjatanya namun ketika keluar rumah ia tertangkap dalam beberapa langkah. Sementara itu, setelah mendorong suaminya keluar rumah, Nyonya Nasution lari ke dalam dan membawa putrinya yang terluka. Saat ia menelepon dokter, pasukan Cakrabirawa mencecarnya dengan pertanyaan dimana suaminya berada. Sambil memarahi Doel Arief, ia mengatakan bahwa suaminya sedang berada di luar kota. Pasukan ini pun akhirnya pergi dengan membawa Pierre Tendean.



Nasution akhirnya tiba di Markas Kostrad sekitar pukul 6 (enam) sore dan Soeharto mulai mengerahkan pasukan yang dipimpin Sarwo Edhie Wibowo untuk mengamankan Jakarta dari G30S/PKI. Di sana, AH Nasution menerima pertolongan pertama untuk pergelangan kakinya yang patah.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda