Batik Pekalongan ; Mendobrak Tradisi Motif Batik Keraton Yogyakarta dan Surakarta - POJOKCERITA

Friday, April 10, 2020

Batik Pekalongan ; Mendobrak Tradisi Motif Batik Keraton Yogyakarta dan Surakarta

Selain Yogyakarta dan Surakarta jangan lupakan Pekalongan yang juga merupakan kota produsen batik yang terkenal di Indonesia.

Meskipun pada awal-awal kehadiran batik di Pulau Jawa hanya terbatas beredar di lingkungan keraton namun pada perjalannya kemudian berkembang ke luar lingkungan keraton. Dengan motif yang berbeda dengan motif batik Yogyakarta dan Surakarta, Pekalongan melahirkan motif batik tersendiri dimana corak motifnya didominasi oleh gambar flora dan fauna dengan permainan warna yang mencolok sebagai salah satu ciri dari gaya batik pesisir.

Dari sebuah sumber sejarah disebutkan bahwa batik telah lama diperdagangkan di Pekalongan sejak tahun 1840-an seiring dengan masuknya para pedagang bertenis Cina dan Arab yang banyak tinggal di wilayah pesisir. Sentra batik di jaman Hindia Belanda mulai tumbuh di beberapa tempat di Pekalongan seperti Buaran, Pekajangan, Wonopringgo, dan lain-lain.

Pada awalnya, motif batik Pekalongan mengikuti gaya motif batik Yogyakarta dan Surakarta, namun dengan masuknya pengaruh budaya asing seperti Cina, Arab, India, dan lain-lain, membuat motifnya mulai beragam dan menjadi ciri khas batik Pekalongan, salah satunya adalah batik Jlamprang yang memakai ragam hias patola dengan motif yang dipengaruhi oleh budaya India. Sedangkan pengaruh budaya Cina diperlihatkan dengan adanya motif batik dengan ragam hias bergambar burung hong (feng huang), burung merak, dewa-dewi, dan lain-lain. Sementara motif batik Belanda terlihat dari ciri khasnya berupa motif buketan yang terinspirasi dari lukisan botani yang berkembang pada masa renaisance di Eropa. Tak ketinggalan, pengaruh Islam terlihat dalam batik basure' yang bermotifkan kaligrafi Arab. 

Ketika terjadi pendudukan Jepang di Indonesia, batik Pekalongan ikut terkena pengaruh yang terlihat dari motif bergambar bunga sakura, kupu-kupu, mawar, anggrek, dan lain-lain. Kehadiran Jepang juga melahirkan batik Jawa Hokokai yang memiliki desain dengan latar belakang batik keraton namun tata warnanya mirip dengan hiasan pada baju kimono.

Pasca kemerdekaan RI, keberadaan batik Pekalongan makin kuat dengan lahirnya koperasi yang menaungi ribuan usaha berskala kecil menengah. Salah satu perintis lahirnya koperasi pedagang batik Pekalongan adalah H Ahmad Djunaid yang mendirikan koperasi batik bernama PPIP (Persatuan Pembatikan Indonesia Pekalongan) pada tahun 1952. Pendirian PPIP mendorong lahirnya beberapa koperasi lain yang sejenis seperti KBS (Koperasi Batik Setono), Koperasi Batik Tirto, dan Koperasi Pekajangan.

Sampai saat ini, Pekalongan menjadi salah satu sentra penghasil batik terbesar di Indonesia yang memasok ke seluruh penjuru nusantara. Jika Anda pernah berkunjung ke Kota Pekalongan mungkin   sempat melihat berbagai plang produsen batik di sudut-sudut jalan dan gang-gang di kota tersebut yang menunjukkan bahwa batik telah menjadi keseharian bagi masyarakat di sana. Sampai kemudian Pekalongan sendiri mendapat julukan sebagai kota batik. 

Sejumlah koleksi batik Pekalongan yang tersimpan di Museum Tekstil, Petamburan, Jakarta Barat, dapat dilihat pada foto-foto di bawah ini :

Sarung Buketan Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Ruanda Uno] :
batik Pekalongan

Sarung Buketan Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Sri Sintasari Iskandar] :
batik Pekalongan

batik Pekalongan

Sarung Buketan Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional] :
batik Pekalongan

Tokwi Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Nora Yap] :
Tokwi

Tokwi

Kain panjang Hokokai Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Yayasan Gedung Arsip Nasional] :
batik Pekalongan

Kain panjang Pagi Sore Buketan Pekalongan, batik tulis, katun :
batik Pekalongan

Sarung Buketan Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Martha Tilaar] :
batik Pekalongan

batik Pekalongan

Kain panjang Terang Bulan Pekalongan, batik tulis, katun
[Sumbangan Setiawati] :
batik Pekalongan

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda