Kutai Purba, Kerajaan Tertua di Indonesia - POJOKCERITA

Saturday, August 26, 2023

Kutai Purba, Kerajaan Tertua di Indonesia

Merujuk pada buku “Sejarah Nasional Indonesia” karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (1993), kerajaan tertua di nusantara adalah Kutai Purba yang terletak di Kalimantan.

Bukti bahwa kerajaan tertua itu berada di Kalimantan adalah ditemukannya beberapa prasasti yang dipahatkan pada tiang batu dimana tiang  batu itu disebut sebagai “yupa” yaitu nama yang disebutkan pada prasasti-prasasti itu sendiri.

Sampai saat ini (saat buku di atas diterbitkan – pen.) telah ditemukan 7 (tujuh) buah yupa dan masih ada kemungkinan beberapa buah yupa yang lain belum ditemukan sampai saat ini.

Dari prasasti-prasasti yang ditemukan di Kalimantan Timur itu, 4 (empat) buah ditemukan di awal-awal, kemudian disusul 3 (tiga) lainnya. Huruf yang terpahat pada yupa itu berasal dari awal abad V Masehi dengan bahasa Sansekerta. Semuanya dikeluarkan atas titah seorang penguasa daerah itu yang bernama Mulawarman yang merupakan seorang Indonesia asli karena kakeknya masih menggunakan nama lokal yaitu Kudunga.

Adapun prasasti yang menyebutkan silsilah Mulawarman berbunyi sebagai berikut : “Sang Maharaja Kudunga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Ansuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu adalah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri emas amat banyak. Buat peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana. 

Dari prasasti itu dapat diketahui bahwa sedikitnya ada 3 (tiga) angkatan dalam keluarga yang dimulai dari Kudunga lalu anaknya yang bernama Aswawarman, dan Aswawarman mempunyai 3 (tiga) orang anak, salah satunya bernama Mulawarman.

Yang unik dari prasasti ini adalah berita yang menyebutkan bahwa pendiri keluarga kerajaan/wangsakarta (vansakartta) adalah Aswawarman dan bukan Kudunga yang dianggap sebagai raja pertama. Apakah definisi wangsakarta dalam prasasti itu ditujukan kepada pengertian keluarga yang sudah berbudaya India yang antara lain ditandai dengan penggunaan nama yang berbau India ? Karena Kudunga sendiri jelas bukan nama yang berbau India sehingga meskipun ia disebut sebagai ayah Aswawarman dan pernah menjadi raja namun tidak dianggap sebagai pendiri keluarga raja.

Prasasti lainnya yang dibuat oleh Mulawarman berbunyi sebagai berikut : “Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon Kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan semua kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana (sebagai peringatan).” 

Masih ada lagi prasasti lain yang berbunyi : “Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara. Buat (peringatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini.”

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia juga dijelaskan bahwa hampir dapat dipastikan, pendeta yang memimpin upacara vratyastoma (upacara penyucian diri) adalah para Brahmana agama Hindu yang datang langsung dari India. Namun saat upacara itu dilakukan terhadap Mulawarman, kemungkinan sudah dipimpin oleh pendeta Indonesia.

Dari prasasti-prasasti tersebut dapat ditarik keyakinan bahwa agama yang dipeluk oleh Raja Mulawarman adalah agama Siwa dimana Mulawarman juga seorang raja yang memiliki hubungan yang baik dengan para Brahmana yang juga menganut agama Siwa. Hal ini dibuktikan dengan temuan bahwa pada setiap prasasti selalu dikatakan bahwa yupa-yupa yang mengagungkan namanya itu semuanya didirikan oleh kaum Brahmana sebagai semacam tanda terima kasih atau penghormatan kepada sang raja atas kebaikan-kebaikan yang dilakukan kepada mereka.

Dari bukti sejumlah prasasti tersebut belum dapat digambarkan bagaimana kira-kira kehidupan masyarakat pada jaman Kerajaan Kutai Purba itu. Kita hanya dapat menduga-duga bahwa dengan dituliskannya prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa itu, sudah ada sebagian penduduk Kutai Purba yang hidup dalam suasana peradaban India.

Kutai

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda